tebar-kurban-2025(1)

IKAGA Tebar Kurban 2025

INILAH SAATNYA!

Mari kita bersama-sama ikut ambil bagian dalam menyebarkan kebahagiaan lewat Tebar Kurban Ikaga!

Masih ada ketimpangan dalam distribusi kurban di Purbalingga. Di beberapa daerah, 1 ekor hewan kurban harus dibagi untuk lebih dari 50 orang!

Lewat program ini, kurban akan disalurkan ke daerah dengan angka kurban rendah: Mrebet, Karangjambu, dan Karanganyar.

Ayo berkurban bersama Ikaga!

Harga mulai dari Rp 2.500.000

Kurban mudah, amanah, dan tepat sasaran!

Hubungi:
Sidik – 0815 7303 1572
Yulan – 0857 1236 6036

Rekening IKAGA – Bank Mandiri: 1010013278948

IkagaTebarKurban #KurbanPurbalingga #KurbanBermanfaat #TebarKebahagiaan

BersinergiMambangunBangsa

ikaga-kampus-expo

IKAGA CAMPUS EXPO

✨ Mark Your Future, Unlock and Track Your Pathfinder!✨

Hai siswa-siswi dan para orang tua se-Bralingmascakeb!

Yuk, persiapkan masa depan cemerlang dengan menghadiri IKAGA Campus Expo!

πŸ“…25-26 Januari 2025
πŸ“SMA Negeri 1 Purbalingga

Apa yang bisa kamu temukan di sini?
πŸŽ“ Informasi lengkap dari berbagai kampus favorit di Indonesia
🌟 Sharing inspiratif dari alumni sukses
πŸ“š Tips memilih jurusan dan karier yang tepat
πŸ” Pameran universitas, konsultasi langsung, dan masih banyak lagi!

Kesempatan ini terbuka untuk siswa dan orang tua yang ingin mendapatkan wawasan mendalam tentang dunia pendidikan tinggi.

Jangan sampai terlewat, karena masa depan gemilang dimulai dari langkah kecil hari ini!

🌟 Ajak teman-teman dan keluarga, bersama kita bersinergi membangun bangsa.

See you there! πŸš€

IkagaCampusExpo #BersinergiMembangunBangsa

Mark Your Future – Unlock and Track Your Pathfinder!

✨ Apakah kamu siap menjemput masa depan? ✨

IKAGA (Ikatan Alumni Ganesha) SMA Negeri 1 Purbalingga dengan bangga menghadirkan Campus Expo 2025, acara spesial yang dirancang untuk membantu siswa menemukan jalur pendidikan dan karier yang tepat!

πŸ“… 25-26 Januari 2025
πŸ“ SMA Negeri 1 Purbalingga

Melalui Campus Expo ini, kamu akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu langsung dengan para alumni dan perwakilan dari berbagai universitas dan perguruan tinggi ternama. Ini adalah kesempatanmu untuk menggali informasi tentang jurusan, program studi, dan pilihan karier yang sesuai dengan minat dan bakatmu!

🎯 Apa yang Bisa Kamu Dapatkan?

  • Bimbingan dan konsultasi langsung dari alumni sukses di berbagai bidang.
  • Informasi terbaru mengenai berbagai universitas dan program studi.
  • Tips dan trik memilih jurusan yang sesuai dengan potensimu.
  • Inspirasi dan motivasi untuk melangkah menuju masa depan yang cerah!
    Jangan lewatkan kesempatan ini untuk membuka jalan menuju impianmu! Tandai kalendermu sekarang dan siapkan diri untuk melangkah bersama IKAGA. Kami akan membantumu menemukan “Pathfinder” yang akan membawa kamu menuju masa depan yang cerah dan penuh prestasi!

Ikuti kami di media sosial dan tetap terhubung untuk informasi lebih lanjut:

🌐 Website: ikagapbg.com
πŸ“± Instagram: @ikaga.purbalingga & @sma1pbg_id
πŸ“˜ Facebook: ikagapbg
πŸŽ₯ YouTube: ikagapurbalingga

igts2024

Ikaga Goes To School 2024

Ikaga Goes To School 3 hadir kembali…

Apa sajakah kegiatannya….?

  • Sharing dan Character Building untuk 432 Siswa Kelas X
  • Talk Show “Set Your Goal and Quality Now” untuk 420 Siswa Kelas XII
  • Training Teacher as Coach untuk 75 Guru

Ini adalah kontribusi IKAGA untuk menyambut Indonesia Emas 2045

Ayo hadiri dan meriahkan kegiatan ini…..!!!!

Ketua IKAGA
Bronto Sutopo

#ikatanalumniganesha

#bersinergimembangunbangsa

loker-research-ai

Peluang Karir : Masa Research

Embark on a journey with us https://lnkd.in/gPrkcdkq

9 available positions :

1. Mobile Engineer – entry level

2. Network Engineer – entry level

3. Finance & Acc officer – senior level

4. Frontend Engineer – entry level

5. CV Engineer – entry level

6. Product Manager – entry level

7. NLP Engineer – entry level

8. Mining Geologists – entry level

9. UI / UX Designer – entry level

Please visit our website for the details requirements for every positions and send your update CV to herlina@joinmasa.ai with subject: Name – Position apply

SELAMAT PAGI BIDADARI (88 – TAMAT)

Karya Tien Kumalasari

Ya kan?” Pardi, suami Lisa mengulangi perkataannya, ketika melihat Lisa terdiam.

β€œBelajar dari masa lalu aku,” kata Lisa pelan.

β€œMaksudnya?”

β€œDulu aku bukan wanita baik-baik. Jadi ketika ada sebuah kejadian, dan aku ada didalam kejadian itu, maka dia langsung menuduh aku melakukan hal buruk. Sama seperti dulu.”

β€œNah, sekarang kamu mengerti.”

β€œYa, aku mengerti.”

β€œBersikap dan berbuatlah baik, karena perilaku seorang ibu yang sedang hamil, akan berimbas kepada bayi yang dikandungnya.”

β€œBenarkah? Kamu kan belum pernah punya istri sebelum ini?”

β€œBelajar dari petuah orang tua. Banyak aku mendengarnya, lalu sekarang aku katakan ini kepada istriku.”

β€œBaiklah.”

β€œKamu mengerti?”

β€œYa, aku mengerti.”

Sekarang kamu harus banyak istirahat, seperti apa kata dokternya, demi kebaikan bayi kamu. Dan tidak usah ikut berjualan, karena aku sudah sembuh dan aku bisa melakukannya sendiri.”

β€œBaiklah.”

β€œDan berjanjilah, kalau pada suatu hari dia datang lagi dan meminta maaf, kamu harus menrimanya dengan baik.”

Lisa mengangguk dan tersenyum. Ini adalah dunianya sekarang, dunia yang penuh perjuangan hidup dengan berdagang balon, tapi menciptakan sebuah ketenangan karena adanya kasih sayang yang tulus diantara mereka. Lalu Lisa sadar, bahwa kebahagiaan bukanlah karena harta, bukanlah karena nafsu yang terpenuhi, tapi karena ketulusan sebuah cinta.


Ketika sampai kembali di rumah sakit, dilihatnya pak Broto bersama bu Broto sudah ada di sana. Mereka tampak senang karena Murni baik-baik saja.

β€œJaga istri kamu dengan baik, Restu,” pesan bu Broto.

β€œKalau perlu biarlah istirahat di rumah sakit dulu sampai kandungannya benar-benar kuat. Gilang akan ada yang menjaganya, kamu tidak usah khawatir,” sambung pak Broto.

β€œIya Pak.”

β€œJangan sampai saya menyusahkan semua orang,” sambung Murni yang masih berbaring, sedangkan Gilang duduk di sampingnya. Tampaknya heran melihat ibunya tiduran di tempat asing, dan didatangi beberapa orang.

β€œTidak ada yang susah Mur. Kami semua susah kalau kamu bertindak semaumu, tidak menurut kata suami kamu, ataupun dokter yang menangani kamu,” kata bu Broto.

β€œIya Bu. Tapi saya ingin segera bisa melihat putri bu Wulan.”

β€œTuh, kan. Kamu belum boleh ke mana-mana. Harus sabar sampai dokter menyatakan kamu sehat dan kuat,” kata Restu menegur istrinya.

β€œIya, aku kan hanya bilang ingin.”

β€œNanti kalau kamu sudah kuat, pasti akan bisa menjenguknya. Sabar Mur,” sambung yu Sarni.”

β€œIya Mbok, aku tahu.”

β€œMas Restu sudah ketemu Lisa?”

β€œSudah,” kata Restu, lesu.

β€œKok wajahnya seram, begitu,” tukas Murni.

β€œKesel aku sama dia.”

β€œKenapa? Mas sudah minta maaf kan?”

β€œAku sudah minta, tapi dia cuek sama aku, menoleh saja tidak. Dia malah pergi sama suaminya.”

β€œMas tidak mengejarnya?”

β€œMemangnya apa, pakai kejar-kejaran segala.”

β€œKok Mas marah sih?”

β€œTentu saja aku marah, aku sudah minta maaf, tadi dia acuh saja.”

β€œPasti dia juga masih kesal sama Mas. Lain kali aku yang akan menemui dia dan meminta maaf.”

β€œTuh, ingat ya Mur, bukan sekarang, tapi besok-besok,” yu Sarni mengingatkan lagi.

β€œIya, Murni mengerti.”


Murni sudah boleh pulang, kandungannya sudah dipandang kuat, tapi masih dengan banyak pesan dari dokter yang harus dijalani, demi keselamatan janin di dalam kandungannya.

β€˜Mas, aku mau menemui Lisa.”

β€œKamu jangan macam-macam Mur, tidak dimaafkan yang sudah, yang penting aku sudah meminta maaf.”
β€œAku harus ketemu dia, supaya tidak ada ganjalan di hati kita masing-masing. Aku minta di mana alamatnya, biar aku naik taksi saja.”

β€œTidak boleh. Kalau kamu mau pergi juga, biar aku antarkan kamu.”

β€œMas tidak ke bengkel?”

β€œMengantarkan kamu dulu, baru ke bengkel. Aku mana tega membiarkan kamu jalan sendiri.”

β€œBaiklah, terima kasih ya Mas.”


Lisa hanya menyiapkan makan pagi dari nasi bungkus yang dibeli suaminya. Ia melarang Lisa memasak, takut terjadi apa-apa atas kandungannya.

Lisa yang biasanya bertindak semaunya, sekarang begitu penurut dan patuh pada sang suami, yang selalu mengingatkan demi kesehetannya sendiri dan bayi yang dikandungnya.

Setelah sarapan, Pardi pun pergi untuk menjajakan dagangannya. Akhir-akhir ini dagangan Pasrdi sangat laris.

β€œHati-hati di rumah, dan ingat pesan aku, jangan mengerjakan apapun yang berat, apalagi mengangkat-angkat,” katanya sambil mencium perut sang istri.

β€œIya, kamu juga harus hati-hati,” jawab Lisa sambil mengelus kepala suaminya.

Lisa segera menutup pintu rumahnya, begitu suaminya pergi. Ia harus hati-hati,” jawab Lisa sambil mengelus kepala suaminya.

Lisa segera menutup pintu rumahnya, begitu suaminya pergi. Ia harus banyak beristirahat. Bukan saja dokter yang mengatakannya, tapi juga sang suami yang terus menerus mengingatkannya.

Tapi belum lama dia merebahkan tubuhnya, terdengar ketukan fdi pintu rumahnya. Lisa bangkit perlahan. Lalu dengan langkah berat menuju ke arah depan, kemudian membuka pintu rumahnya. Ia terkejut melihat Murni berdiri di depan pintu sambil tersenyum.

β€œMurni?”

Murni memeluk Lisa erat.

β€œLisa, aku bawakan kamu makanan sehat, banyak sayur dan buah-buahan,” kata Murni sambil meletakkan bungkusan besar di atas kursi terdekat dengan pintu masuk. Tadi suaminya meletakkannya di pintu, dan enggan masuk, khawatir Lisa masih tidak mau menerimanya.

β€œBanyak sekali bawaannya, apa tidak berat?”

β€œTadi mas Restu yang membawakannya.”

β€œTerima kasih banyak.”

β€œAku datang untuk meminta maaf, atas kelakuan mas Restu beberapa waktu yang lalu,” kata Murni sambil duduk.

β€œOh, iya. Tidak apa-apa, aku sudah memaafkannya. Lipakanlah.”

β€œTerima kasih Lisa, aku datang hanya untuk itu. Dan aku tidak bisa lama, karena dokter melarangku banyak bergerak.”

β€œYa ampun, itu sama dengan aku.”

β€œMas Restu sudah mengatakannya. Dia tahu waktu ingin menemui kamu di rumah sakit. Kamu mau memaafkannya?”

β€œTentu saja aku memaafkannya. Waktu itu aku terbawa emosi karena kesal. Akhirnya aku bisa menerimanya. Tidak salah kalau Restu bersikap begitu.”

β€œBaiklah, aku langsung pulang ya Lis, kapan-kapan aku akan datang menengok kamu lagi. Hati-hati menjaga kandungan kamu.”

β€œKamu juga, Murni.”


Bayi Wulan sudah beberapa hari ini boleh dibawa pulang. Tubuhnya sudah semakin besar dan kuat. Menurut dokter, bayi itu sehat. Rio memberinya nama Fitria Bidari. Wulan sangat senang. Ia sekarang bisa menyusui bayinya di rumah, tidak harus bolak balik ke rumah sakit. Setiap hari bu Broto menengoknya, bersama Gilang, yang sangat senang melihat adik bayinya.

β€œBagaimana keadaan Murni Bu?” tanya Wulan.

β€œSudah baik, tapi suaminya melarangnya banyak beraktifitas.”

β€œItu benar. Kapan-kapan Wulan ingin menengoknya.”

β€œKalau kamu mau ke sana, bilang sama ibu, biar ibu menjaga bayimu. Tapi sebenarnya Murni ingin melihat anakmu juga sih.”

β€œFitria sudah berumur tiga bulan, boleh dong dibawa jalan-jalan ke rumah ibu Murni.”

β€œOh begitu? Boleh saja, tapi dengar, ada mobil masuk, seperti suara mobil Restu,” kata bu Broto.

β€œIya benar, baru dibicarakan sudah datang orangnya.”

β€œWulan, ada mas Restu dan Murni,” teriak Rio dari arah depan. Dia baru mau berangkat ke kantor.

Wulan menggendong bayinya keluar, menyambut kedatangan kedua tamunya.

Murni mendekat dengan wajah cerah, langsung mendekati Wulan yang sedang menggendong bayinya.

β€œSelamat pagi bidadari,” pekik Murni dengan gembira.

Dan bahagia itu telah sampai diujungnya, ketika segala lekuk liku kehidupan telah dilaluinya, sebagai ujian sebelum cita dan cinta telah sampai di ujungnya.

TAMAT

SELAMAT PAGI BIDADARI (87)

Karya Tien Kumalasari

Restu mengendarai mobilnya, menuju ke rumah sakit terdekat, barangkali ia bisa menemukan Lisa di sana. Ketika ia masuk, ia melihat Rio dan ayah serta ibunya. Apa benar Lisa dibawa ke rumah sakit ini?

β€œRestu? Kamu sudah datang, apa Murni sudah ada yang menunggu?” tanya bu Broto.

β€œYu Sarni sudah datang, lalu saya meninggalkannya.”

β€œIa membawa barang-barang yang diperlukan istri dan anak kamu?”

β€œIya, sudah dibawa semuanya.”

β€œKamu sedang mencari siapa, kok melongok-longok,” tanya pak Broto.

β€œApa Lisa dibawa kemari ya?” gumamnya sambil matanya mencari-cari.

β€œKamu menyebut nama siapa? Lisa? Bukan dia itu perempuan jahat yang nuyaris merusak rumah tangga kamu? Aku heran sama kamu Restu, semua yang kamu alami tidak kamu jadikan sebagai pelajaran untuk hidup kamu. Sekarang kamu masih mencari-carinya,” omel bu Broto kesal.

β€œSebentar Bu, ibu jangan marah dulu. Dia sedang hamil.”

β€œHamil?” pekik pak Broto hampir bersamaan dengan istrinya, sedangkan Rio langsung menatap tajam Restu.

β€œKamu malah membuatnya hamil?” geram bu Broto.

β€œApa yang kamu lakukan Restu? Istri kamu sendiri sedang hamil dan nuyaris celaka, kamu malah menghamili perempuan jahat itu?” tanya pak Broto dengan marah.

β€œSabar Pak, Bu, bukan Restu yang menghamili dia.”

β€œLalu kenapa kamu masih mau mengurusnya?”

β€œDia sudah punya suami, jadi ya hamil karena suaminya dong Bu, kok jadi Ibu sama Bapak marah sama Restu?”

β€œLha dia mau hamil sama siapa, kenapa kamu peduli? Ingat Restu, dia akan menjadi racun dalam rumah tangga kamu selamanya, kalau kamu masih berhubungan sama dia,” omel pak Broto.

β€œNggak kasihan sama istrinya,” sambung bu Broto.

Restu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus memulai dari mana supaya kedua orang tuanya tidak menuduhnya yang bukan-bukan.

β€œKamu bingung menjawabnya bukan?” hardik pak Broto lagi.

β€œSabar Pak, begini lho, Restu mau menemui Lisa, karena Restu mau minta maaf.”

β€œLha kok minta maaf segala. Yang salah dia, kenapa kamu yang minta maaf?”

β€œCeritanya tuh begini. Tadi, Lisa main ke rumah, untuk menemui Gilang.”

β€œMengapa kamu ijinkan dia datang ke rumah kamu?”

β€œBaiklah, begini. Restu memang belum sempat menceritakan semuanya dari awal, karena semula menganggap itu tak perlu. Sebenarnya Restu dan Murni pernah bertemu Lisa, yang sekarang jadi penjual balon.”

β€œPenjual balon?” pekik pak Broto dan istrinya, bahkan Roi juga ikut mendengarkannya walau tanpa komentar.

β€œIa akhirnya menyadari kesalahannya, karena semua kegagalan dan mencapai keinginannya. Ia hidup terlunta-lunta, kemudian nyaris mati kelaparan atau apa, dan ditemukan oleh seorang penjual balon. Akhirnya Lisa menikah dengan penjual balon itu, dan akhirnya hamil.”

β€œBaiklah, lalu apa peduli kamu sampai mencarinya lagi? Kamu jangan cari gara-gara Restu.”

β€œTidak Pak. Dengar dulu penjelasan Restu.”

Kemudian Restu menceritakan tentang kedatangan Lisa ke rumah, hanya untuk membawakan balon untuk Gilang, dan terjadilah peristiwa Murni terjatuh yang kemudian Lisa yang menolongnya membawa ke rumah sakit.

β€œRestu mencarinya untuk meminta maaf, karena saat melihat Lisa di rumah sakit dan sedang menunggui Murni, Restu menuduhnya berbuat jahat, dan berkata kasar sama dia. Tak tahunya dia lah yang menolong Murni.”

β€œLalu kenapa kamu mencarinya di sini?”

β€œRestu mencari ke rumahnya, tetangganya mengatakan bahwa Lisa dibawa ke rumah sakit karena kandungannya bermasalah atau apa, semua belum jelas. Rumah Lisa dan suaminya tak jauh dari sini, makanya Restu mencarinya ke sini.”

β€œO, gitu ya? Kalau periksa kandungan ya pastinya di poli kandungan,” kata pak Broto.

Sementara itu perawat sudah mendorong Wulan ke kamar rawat, lalu Rio bersama pak Broto dan bu Broto mengikutinya.

β€œRestu mau mencari Lisa dulu, supaya tidak menjadi ganjalan. Murni juga menginginkan Restu segera menemuinya dan meminta maaf.”

β€œBaiklah, kamu ke ruang rawanya Wulan dulu, baru nanti menjenguk istri kamu,” kata bu Broto.


Ketika Restu sampai di poli kandungan, keadaan sekitar sudah sepi pasien. Hanya ada seorang laki-laki muda sedang duduk menunggu. Restu mendekat dan duduk disampingnya. Ia berharap ada perawat keluar dari ruangan, sehingga dia bisa menanyakan apakah ada pasien bernama Lisa.

“Menunggu siapa mas?” Tanya Restu berbasa basi.

“Istri saya sedang diperiksa”

“Mau melahirkan?”

“Baru menginjak lima bulan, tapi entah tadi kemana pulangnya berjalan kaki, lalu sampai dirumah mengatakan kalau perutnya sakit, lalu saya membawanya kemari”

“O, mungkin kecapekan berjalan” kata Restu sok tau.

“Bapak mau apa, disini kan poli kandungan?”

“Saya mencari teman saya, mungkin periksa kemari”

Sementara itu dari ruang periksa, perawat memanggil laki-laki yang duduk disamping Restu.

“Bapak suami Bu Lisa? Dokter sudah siap bertemu”

Restu terkejut, tidak mengira kalau laki-laki yang duduk disampingnya adalah suami Lisa. Ia ingin mengatakan sesuatu tapi laki-laki itu sudah masuk kedalam ruangan.

Akhirnya Restu memilih untuk menunggu
.Agak lama menunggu dan diseling telpon istrinya apa sudah bertemu Lisa.
Sampai akhirnya Lisa dan suaminya keluar dari ruangan..Sang suami menggandeng istrinya dengan sayang. Sementara Lisa merebahkan kepalanya dipundak suaminya Mereka berjalan sangat hati-hati.

“Lusa…” Sapa Restu sambil mendekat.

“Lho…Bapak tadi mencari siapa?”

“Lisa ini mas”

Lisa menatap Restu dengan tatapan tak suka

“Mau apa lagi kamu?”

“Lisa, aku datang untuk meminta maaf”

“Memangnya ada apa ini?” Tanya suami Lisa

“Tidak apa-apa, ayo kita pulang” kata Lisa sambil melangkah meninggalkan Restu.

“Lisa aku sungguh tidak tau, aku salah menilai kamu, aku mencarimu untuk meminta maaf”

Tapi Lisa tak menggubrisnya, ia terus melangkah pergi

Restu merasa kesal dan membiarkannya, kemudian menuju kearah mobilnya. Ketika mobilnya melintas, dilihatnya Lisa dan suaminya masih berdiri didepan gerbang rumah sakit. Restu memberhentikan mobilnya.

“Mari saya antarkan” kata Restu.
.
Tapi Lisa menarik suaminya agar menjauh. Restu tak mungkin untuk memaksanya

Sementara itu Lisa dan suaminya lalu berhenti, setelah tak lagi melihat mobil Restu.
.
“Ada apa sebenarnya?” tanya sang suami.

Aku marah sama dia, aku berbuat baik menolong istrinya, tapi dia menuduhku berbuat jahat. Makanya sku mengacuhkannya, kesal aku”.

“Tapi kan dia datang untuk meminta maaf?”

“Aku masih marah”

“Jangan begitu, kamu sedang hamil, kalau kamu suka marah nanti anakmu akan menjadi orang galak lho”

“Benarkah?”

“Perilaku seorang ibu akan merasuk kedalam jiwa bayi yang dikandungnya”

Lisa diam, ia benar-benar tunduk kepada suami yang sangat menyayangi dan mencintai nya dengan tulus. Ini berbeda dengan setiap lelaki yang dekat dengannya di masa lalu yang menyayangi hanya karena nafsu semata. Satu hal yang membuat Lisa merasa hidupnya berbeda.

“Dia marah sama kamu tadi mungkin ada alasannya”

Lisa terdiam


Besok lagi ya.

Bersambung ke Jilid 88

SELAMAT PAGI BIDADARI (86)

Karya Tien Kumalasari

Pak Broto dan bu Broto bergantian memeluk Rio, lebur menjadi satu dalam kebahagiaan. Rio kemudian mengajak Pak Broto dan Bu Broto duduk menunggu, karena Wulan belum bisa ditemui, walau keinginan bertemu dengan sang istri sudah sangat menghentak-hentak dadanya.

β€œSabar Roy, kamu nanti pasti juga akan bisa segera menemui istri kamu,” kata pak Broto yangmelihat Roy tampak gelisah.

β€œIni kebetulan juga Murni ada di rumah sakit, tapi aku sudah lega, Restu bilang Murni baik-baik saja, hanya saja harus dirawat beberapa waktu lamanya, sampai keadaan membaik,” kata bu Broto.

β€œYa, nanti setelah kita bertemu Wulan, kita segera menemui Murni di rumah sakit.”

β€œBagaimana dengan Sarni, dia pasti juga gelisah memikirkan anaknya.”

β€œIbu telpon Sarni saja, suruh naik taksi ke rumah sakit, dimana Murni dirawat, sambil membawakan baju ganti, siapa tahu Murni membutuhkan. Jangan lupa juga baju ganti untuk Gilang, dan susu, dan apa lah semua kebutuhan Gilang, soalnya sudah lama dia di rumah sakit. Mungkin juga haus dan lapar. Restu kan belum bisa meninggalkannya karena Murni sendirian.”

β€œIya ya, kalau begitu biar ibu telpon Sarni dulu.”


β€œBagaimana keadaanmu?” tanya Restu sambil menggendong Gilang yang sedang tidur.

β€œAku baik-baik saja. Rasa nyeri sudah hilang. Hanya sedikit kaku, karena tak bisa bergerak.”

β€œBukan tak bisa, memang tak boleh banyak bergerak. Kamu harus sabar Mur, demi bayi kamu, juga diri kamu sendiri.”

β€œIya, aku tahu. Karena panik aku tak hati-hati.”

β€œSebenarnya panik karena apa? Hanya mendengar dering telpon, mengapa panik?”

β€œWaktu itu Lisa kan datang dengan membawakan balon-balon untuk Gilang. Aku masuk ke rumah untuk mengambilkan uang. Tiba-tiba aku panik karena tak melihat Gilang di teras, lalu aku bergegas keluar, dan merasa lega karena melihat Gilang sedang lari-lari mengejar balon yang tertiup angin. Aku mendengar dering telpon sejak aku masuk ke rumah untuk mengambil uang, tapi belum sempat mengangkatnya karena rasa panik tadi. Kemudian aku tergesa masuk untuk mengangkat ponsel, tapi kurang hati-hati, tersandung mainan Gilang yang masih terserak di lantai, sehingga aku terjatuh. Untunglah ada Lisa yang dengan cepat memanggil taksi untuk membawaku ke rumah sakit.”

Restu bernapas lega. Ia merasa berdosa telah memarahi Lisa sehingga tampaknya Lisa sangat marah.

β€œJangan lupa nanti Mas temui Lisa dan minta maaf.”

β€œIya, nanti aku akan mencarinya. Habis rumahnya juga belum tahu.”

β€œDia kan menjual balon di dekat pasar itu, nanti Mas bisa mencarinya di sekitar sana.”

β€œBaiklah, Sekarang aku telpon yu Sarni dulu, kita minta dia datang kemari sambil membawa baju-ganti untuk kamu ya.”

β€œIya Mas, simbok pasti cemas karena belum melihat keadaanku.”

Tapi ketika Restu menelpon, yu Sarni ternyata sudah dalam perjalanan ke rumah sakit.

β€œIni tadi bu Broto menelpon, menyuruh yu Sarni ke rumah sakit sambil membawa baju ganti untuk Murni, dan juga untuk Gilang.”

β€œSyukurlah. Yu Sarni sempat membawakan susu untuk Gilang? Atau makanan, barangkali?”

β€œSusu Gilang masih ada yang di rumah bu Broto, sudah yu Sarni bawa, dan makanan kaleng saja yang ada. Belum sempat membuat bubur.”

β€œYa sudah tidak apa-apa Yu, segera datang. Ini Gilang sedang tidur.”


Yu Sarni segera memeluk Murni dan menangis. Tangisan lega karena Murni ternyata baik-baik saja.

β€œLain kali harus hati-hati, ingat kamu sedang mengandung anak kamu.”

β€œIya Mbok. Habisnya Murni jalan tergesa-gesa.”

β€œYu, tidurkan Gilang di situ, kan ada tempat tidur untuk penunggu, jaga Murni dan Gilang, saya mau pergi dulu.”

β€œIya Pak Restu.”

β€œAku sampai belum bertanya pada mas Rio, bagaimana operasinya Wulan.”

β€œTadi bu Broto sudah menelpon, katanya bayinya sudah lahir, dan keadaan mereka baik-baik saja.”

β€œAh, syukurlah, aku ikut senang mendengarnya.”

β€œCuma saja belum boleh dijenguk, menunggu selesai ditangani. Itu sebabnya pak Broto sama bu Broto belum bisa ke sini, katanya kalau sudah bertemu bu Wulan baru mau datang kemari.”

β€œYa sudah, yang penting semuanya baik2 saja. Sekarang aku pergi dulu ya Yu”

“Ya Mas, hati-hati”


Restu sudah sampai ditempat, dimana dia dan Murni melihat Lisa ditempat itu. Tapi lama sekali Restu mencari, ia tak melihat penjual balon disana

“Apa dia langsung pulang dan tidak berjualan ya? Lalu kemana aku harus mencarinya?”

Restu mondar mandir disekitar tempat itu, dan akhirnya karena tak tahan dia nekat bertanya kepada seseorang. Iya penjual buah yang mangkal ditempat itu.

“Numpang tanya Bu, yang biasanya jualan balon ditempat ini kok gak nampak ya?”

“O, yang istrinya cantik itu?”

“Iya, Bu”

“Nggaktau kenapa hari ini dia tidak jualan. Kalau suaminya memang sedang sakit. Tapi mungkin dia tidak jualan menggantikan suaminya karena dia sedang hamil” Kata penjual buah panjang lebar.

“Tahukah ibu dimana rumahnya?”

“Rumahnya masuk gang sempit itu, coba tanya kesana mungkin ada tetangganya yang tau”

“O, gang sempit didepan itu ya Bu?”

“Iya benar, kalu persisnya saya tidak tau karena belum pernah kesana”

“Baiklah Bu, terimakasih banyak” kata Restu kemudian bergegas memasuki gang yang ditunjuk penjual buah itu.

Restu melangkah sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. Gang itu sepi, ada rumah2 petak yang pintunya sebagian besar tertutup. Barangkali disian dan menjelang sore ini mereka masih pada bekerja Restu sudah berjalan hampir sampai diujung gang, ketika melihat anak kecil lewat.

“Dik…dik…tolong tanya, rumah penjual balon dimana ya?”

“O, yang istrinya cantik?”

Restu heran kok yang terkenal adalah kecantikannya sih.Penjual buah tadi juga berkata seperti yang dikatakan anak kecil ini

“Iya dik, istrinya cantik”

“Rumahnya yang tertutup itu, mungkin ada didalam karena suaminya sakit”.

“O, yang diujung itu ya dik?”

Anak itu mengangguk, Restu memberinya uang sepuluh ribu, lalu anak itu mengucapkan terimakasih kemudian berlari menjauh

Restu mendekati rumah yang ditunjuk anak itu, lalu mengetuk pintu.

Tok…tok…tok….

“Permisi…”

“Assalamu’alaikum….”

Tak ada jawaban. Restu mengintip kedalam rumah melalui sela2 pintu rumah yang renggang. Tapi tak ada siapapun yang tampak.

Restu memutari rumah melalui samping.barangkali penghuninya ada di belakang. Ia melihat pintu bagian belakang juga terkunci.

Restu merasa putus asa sambil berjanji dalam hati untuk kembali lagi keesokan harinya.Ia membalikkan tubuhnya dan bermaksud pulang. Ia juga bermaksud menjenguk Wulan karena kebetulan tempat ini tak jauh dari Rumah Sakit tempat Wulan melahirkan.

Tapi sebelum sampai di pagar, seseorang menyapanya

“Bapak mencari penjual balon?”

“Iya, tapi rumahnya sepi” jawab Restu.

“Belum lama mereka pergi, istri penjual balon itu sakit”

“Yang sakit istrinya apa penjual balon?”

“Penjual balon memang sudah beberapahari sakit. Tapi tadi mengantarkan istrinya ke rumah sakit karena kandungannya bermasalah”


Besok lagi ya.

Bersambung ke Jilid 87

SELAMAT PAGI BIDADARI (85)

Karya Tien Kumalasari

Murni melongok ke depan, Gilang tak kelihatan, hati Murni tinggal seiris, Ia setengah berlari ke arah depan. Lalu dia melihat Gilang sedang mengejak balon-balon yang berlarian karena tertiup angin. Terengah Murni karena hati yang khawatir berbaur dengan langkahnya yang setengah berlari. Lalu dia merasa lega setelah melihat Gilang baik-baik saja. Sekarang dia bergegas menghampiri ponsel yang sejak tadi berdering. Tapi malang baginya, kakinya tersandung mainan Gilang yang terserak di lantai, sehingga diapun terjatuh, sebelum sem[at meraih ponselnuya.

β€œAdduuh,” rintihnya.

Lisa yang mendengar suara keras seperti benda jatuh segera berlari masuk. Ia sangat terkejut melihat Murni terjatuh dan merintih kesakitan.

β€œMurni, kamu kenapa?”

β€œAku … tersandung … itu . Adduh…”

β€œYa ampun, kamu berdarah. Bagaimana ini? Aku panggil taksi saja, langsung ke rumah sakit ya?” kata Lisa tanpa menunggu persetujuan Murni yang masih kesakitan, langsung memesan taksi.

β€œBagaimana Gilang?”

β€œBiar aku gendong, ayo, kamu bisa bangun? Aku sudah memanggil taksi. Ayo, pelan-pelan.”

Murni bangkit sambil memegangi perutnya. Lisa memapahnya sambil menggendong Gilang. Ia segera menaikkan Murni ke atas mobil, lalu ia lari menutup pintu, dan segera neik ke atas taksi. Ia lupa membawa ponsel Murni, yang sebenarnya waktu Murni jatuh masih berdering-dering.

β€œTolong … hubungi mas Restu …” pesan Murni pelan.

β€œBaik, aduh … tapi ponsel kamu ketinggalan. Sudah, diam dulu, yang penting kamu mendapat pertolongan.”

β€œKamu … tidak punya … nomornya?”

β€œSayang sekali aku sudah menghapus semuanya. Sudah, nanti kalau kamu sudah ditangani, aku cari suami kamu, yang penting ke rumah sakit dulu.”

β€œMurni diam, merintih pelan. Lisa sangat khawatir ketika melihat darah mengalir di kaki Murni. Ia segera turun dan meminta petugas segera membawa Murni ke ruang UGD.

Gilang merengek melihat ibunya dibawa ke dalam, tapi Lisa dengan lembut bisa menenangkannya. Sangat mengherankan, Lisa memang sangat berubah. Ia bisa menjadi ibu yang lembut, dan bisa menenangkan bocah yang sedang rewel.

Sekarang Lisa bingung, bagaimana ceranya menghubungi Restu, karena dia tak lagi punya nomor kontaknya.


Restu sudah menyerahkan baju-baju yang dibawanya, lalu merasa panik ketika menelpon Murni tak segera dijawab. Berkali-kali ditelpon, ada nada panggil, tapi tak ada yang mengangkatnya. Karena khawatir, Restu pamit pulang.

β€œBu, Restu pulang dulu sebentar. Restu telpon Murni kok nggak diangkat,” kata Restu kepada ibunya.

β€œMungkin lagi di depan, menyuapi anaknya atau apa,” kata bu Broto.

β€œYa, mudah-mudahan tak apa-apa,” kata Restu sambil berlalu.

Dan ia memang benar-benar panik, ketika masuk ke rumah yang tidak dikunci, lalu melihat ponselnya tergeletak di meja. Restu bertambah panik ketika melihat bercah darah di dekat meja itu.

β€œApa yang terjadi? Murni, dimana kamu? Gilang bagaimana?”

Restu menggaruk-garuk kepalanya, bingung karena tak tahu harus melakukan apa.”

β€œMurniiii ! Gilaaaaang!” Apa yang terjadi?”

Karena bingung, Restu menelpon yu Sarni, yang malah bertambah bingung karena Murni sama sekali tidak datang ke rumah.

β€œApa yang terjadi? Kemana Murni?”

β€œMemangnya mas Restu bertengkar lagi sama dia?”

β€œTidak, aku ke rumah sakit karena Wulan mau melahirkan, aku menelpon Murni tapi tidak diangkat, begitu sampai di rumah, mereka tak ada. Ada bercak darah di sana.”

β€œDi mana?” yu Sarni bertambah panik.

β€œDidekat meja. Ya sudah, yu Sarni tenang saja. Apa Murni sakit terus ke rumah sakit ya? Tapi rumah sakit mana?”

β€œKalau memang karena dia sakit, pasti ke rumah sakit terdekat.”

β€œBaiklah, aku ke sana,” kata Restu sambil menutup ponselnya.

Restu bergegas ke rumah sakit, seperti saran yu Sarni. Begitu memasuki rumah sakit, ia melihat Lisa, bersama Gilang. Kemarahannya memuncak.

β€œApa yang kamu lakukan?” hardiknya sambil merebut Gilang dari dekapan Lisa.

β€œKenapa kamu marah-marah? Aku justru menolong istri kamu!”

β€œMengapa kamu ada di sana, dan apa yang terjadi?”

β€œIstri kamu terjatuh, aku sedang ada di sana. Lalu aku melihat Murni mengeluarkan darah, sehingga karena panik aku membawanya kemari. Masih mau marah, mau menyalahkan aku?” sergah Lisa yang merasa kesal.
β€œDi mana sekarang?”

β€œTanya pada petugas, aku mau pergi,” kata Lisa sambil beranjak pergi.

Restu menatap punggung Lisa yang beranjak pergi, hanya sekilas, kemudian dia menghampiri petugas.

β€œBagaimana istri saya? Ada apa?”

β€œIstri Bapak sudah ditangani. Untung segera dibawa ke rumah sakit, terlambat sedikit saja, Bapak akan kehilangan bayi Bapak.”

Restu pucat pasi.

β€œBolehkah saya menemuinya?”

Sebentar, sedang ditangani, Tapi barangkali istri Bapak harus istirahat total dalam jangka waktu yang agak lama, sekarang sudah diberikan penguat kandungan,” kata petugas yang ternyata adalah dokter kandungan.

β€œBaiklah, lakukan yang terbaik untuk istri saya.”

Restu menemui istrinya ketika petugas sedang menyiapkan kamar inap untuk Murni.

β€œMurni, kamu kenapa?”

β€œAku kurang hati-hati, terjatuh. Untunglah ada Lisa yang menolong aku segera membawa kemari.”

β€œYa Tuhan, aku tadi memarahinya. Mengira dia membuat masalah lagi.”

β€œTidak. Dia datang membawakan bola-bola untuk Gilang, lalu aku masuk ke dalam ketika mendengar ponselku berdering, aku kurang hati-hati dan terjatuh.”

Restu menghela napas penuh sesal, karena telah mencurigai Lisa dan membentak-bentaknya.

β€œNanti carilah dia, dan minta maaf. Dia sudah menyelamatkan janin yang ada di perutku ini. Dia menyelamatkan anak kamu, Mas.”

β€œIya, nanti aku akan mencarinya. Sekarang aku baru ingat, di halaman banyak balon bertebaran, aku hanya berpikir bahwa kamu membelikan Gilang banyak balon untuk Gilang.”

Perawat telah menyiapkan brankar untuk Murni, Restu mengikutinya sampai ke kamarnya. Ia belum sempat masuk ketika ponselnya berdering. Dari ibunya.

β€œRestu, Sarni menelpon ibu dengan sangat panik. Katanya Murni menghilang, dan kamu melihat darah di lantai? Apa yang terjadi?”

β€œNanti saya akan mengabari yu Sarni. Murni baik-baik saja. Tadi terjatuh dan sempat perdarahan, untunglah segera dilarikan ke rumah sakit. Sekarang dia harus dirawat, dan istirahat total untuk beberapa waktu, sampai janinnya kuat.”

β€œYa Tuhan, ada-ada saja. Ini aku juga sedang menunggu. Semoga Wulan baik-baik saja.”

β€œYa Bu, saya kabari yu Sarni dulu supaya tidak panik.”

β€œYa, kabari dia. Kasihan di rumah sendirian, ketakutan.”


Rio yang mondar mandir di depan ruang operasi, akhirnya mendengar suara tangisan melengking dari dalam sana. Berdebar dia mendekatkan telinganya ke arah pintu, dan hampir terjatuh ketika perawat membukanya dari dalam.

β€œUups, maaf Pak.”

β€œAah, saya yang minta maaf.”

β€œBagaimana keadaan istri dan anak saya?”

β€œAlhamdulillah, mereka baik-baik saja.”

Rio melonjak kegirangan.

Ia mengusap wajahnya, matanya berbinar, mulutnya berkomat-kamit mengucapkan syukur. Pak Broto yang sudah sampai di rumah sakit, mendekati bersama istrinya.

β€œBagaimana?”

β€œRio punya dua bidadari di rumah Pak,” katanya dengan suara bergetar bahagia.


Besok lagi ya.

Bersambung ke Jilid 86